Kamis, 10 November 2011

lomba cerpen mading competition udayana

LEPAS

“Kali ini kamu mau apa lagi? Tidak puas kamu membuat hidupmu menderita? Please berhenti, liat aku, Tian.” Suara itu berhenti. Berusaha mengatur nafas yang saling berlomba untuk keluar dari rongga hidung dan mulut. “Aku disini  buat menghentikan kamu jadi laki-laki gituan, aku sayang kamu, Tian!” bagai petir yang menggelegar, suara itu menyambar ke tubuhku. Aku terpaku. Tak bisa berpikir dan berbicara beberapa detik. Wanita yang lebih tua 2 tahun dariku, ia sudah melebihi apapun yang terpenting di dunia ini.
            Aku tidak ingin menyayanginya lebih dalam karena waktu kita menyayangi seseorang, menganggapnya yang terpenting di dunia, percayalah dia akan meninggalkan kita dengan sakit yang sangat luar biasa. “Maaf Mit, cuma dengan hal ini aku bisa menyambung hidupku, dari mana lagi aku bisa dapatkan uang kalo tidak dengan cara tersebut?” kata kataku terputus oleh air matanya yang perlahan jatuh membasahi pipi merahnya. Aku hanya bisa mendekapnya. Berharap aku tidak menyakitinya lebih banyak lagi.
            Dinginnya Bandung menusuk tulang sumsumku. Membuat dekapannya semakin mengerat. Keadaan ini membuat aku merasakan deru nafas Mita,. Entah keberanian apa yang kudapatkan. Bagai sepasang es, aku meleleh dalam gelapnya malam.
            Mentari datang lebih cepat, atau mungkin aku yang lupa waktu karena terlalu lama melebur bersama Mita. Sejenak aku menyesal telah melukainya lebih banyak lagi, Aku tak berdaya. Aku mencintainya, tidak ingin ia pergi lebih cepat, tidak ingin melukainya tetapi aku adalah aku yang tidak bisa mendapatkan kesenangan tanpa merasakan kesakitan terlebih dahulu.
            Mita tau aku adalah ODHA, tetapi Mita tidak pernah menyalahkan itu. Baginya hatiku seputih bayi yang baru lahir. Mita selalu menutupmata dan telinganya ketika aku mulai berceloteh mengapa aku memilih “pekerjaan” ini. Ia tidak mau tahu sekalipun alasan itu karena terdesak, menurutnya itu semua tidak penting. Mita ingin aku berhenti. Bukan mau menjauhi.
            Hari itu aku berharap, mita tidak akan pernah mengandung atau kalaupun dia mengandung aku berharap ia menggugurkan kandungannya. Aku takut ketika embrio itu tumbuh dan akhirnya muncul kedunia, ia akan menyebarkan lebih banyak virus ini. Aku tidak mau dia menampung semua kesalahan yang aku buat. Seharusnya dia bisa hidup tanpa menanggung beban yang telah aku buat. Aku hanya bisa berharap dan tidak bisa membuat itu nyata, aku terlalu lemah.
            HIV/AIDS adalah penyakit mematikan melebihi kanker, kamu tidak akan pernah tahu kapan kamu akan dipanggil olehNya. HIV menyerang kekebalan tubuhmu, jika kekebalan tubuhmu kuat mungkin kamu bisa bertahan lebih lama dari diagnosa dokter, jika tidak kamu bisa lebih cepat meninggal dari diagnosa dokter,
            Aku lebih jahat dari siapapun, aku tidak akan pernah memberitahu mita ,bahwa dokter telah mendiagnosa bahwa hidupku tinggal 3 minggu. Aku tidak mau membuat mita ,menangisi kepergianku. Walaupun nanti aku meninggal lebih cepat dari diagnosa dokter, aku akan tetap menjaganya lebih daripada aku menajganya di bumi, aku akan menjaganya di surga nanti bersama malaikat dan Tuhan.
***
            Aku mengandung anak Tian, anak ODHA. Benihku tercemar penyakit dari ayahnya, Tian menyebarkan melalui aku dan aku menyebarkan ke benihku. Wanita hamil yang terkena HIV/AIDS kemungkinan benihnya terkena HIV/AIDS sangat besar. Aku tidak mungkin menggugurkan benih dari orang yang ku sayang. Aku tidak akan rela sekalipun ia lahir dengan penyakit mematikan, yang terpenting ia bisa merasakan kehidupan walaupun tak lama. Aku akan lebih menyesal jika membunuh janinku. Aku harap Tian tidak akan pernah marah kalau aku mengandung benihnya.
            Ketika langit mulai gelap, aku beranjak dari tidur, membasuhi badanku, hatiku sangat gelisah. Menghentakkan denyut jantung lebih dari biasanya, ruang hatiku penuh sesak. Mencoba menenangkan diri dan berusaha untuk positif thinking. Fajar datang lebih cepat, kabar itu datang seperti kilat, 11 November 2011 Tian sudah tidak bernafas, tidak tahu aku mengandung benihnya, janin dengan HIV/AIDS.
****
            Ibuku adalah pahlawan yang tidak ada duanya, dan ayah pahlawan selanjutnya yang berani membuatku. Aku terlahir ke dunia ini dengan gender wanita. Ibu berhasil menyelamatkan aku dari penyakit mematikan ayah dan tertular ke ibu. Aku jadi wanita tegar seperti ibu dan sosok yang taguh seperti ayah melawan sakitnya. Ibu meninggalkan aku ketika aku berumur 2 jam, ibu tidak bisa bertahan. Aku sedih harus hidup tanpa mereka, mungkinkah ayah dan ibu di surga sana senang melihatku disini?dengan sehat, bahagia, tangguh. Kalau saja ada waktu untuk bertemu mereka, sekalipun itu di mimpi aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah berani membuatku, mempertanggung jawabkan dan akhirnya aku bisa terlahir dan terbebas dari penyakit itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar